Postingan

Pancasila Buddhis

Gambar
Kehidupan memiliki ketertibannya, termasuk kehidupan manusia.Dalam mencapai kebahagiaan dirinya dan keharmonisannya dengan sesamanya, manusia melandasi hidupnya dengan sila.Sila atau merupakan aturanaturan moralitas yang wajib dilaksanakan oleh. Manusia dikatakan baik, atau manusia susila, karena mencerminkan hakikatnya sebagai makhluk yang luhur, dan bahkan kelahiran manusia ditentukan oleh sejauh mana dia tidak melanggar sila. A. Pancasila Buddhis Pancasila Buddhis adalah lima peraturan yang harus dilaksanakan oleh umat Buddha. Umat Buddha setiap kebaktian pasti membaca Pancasila Buddhis. Kebaktian yang dihadiri anggota Sangha maka umat meminta tuntunan Tisarana dan Pancasila Buddhis kepada anggota Sangha. Umat Buddha yang meminta untuk di visudhi upasaka atau upasika pasti meminta tuntunan Pancasila Buddhis secara khusus kepada Bhikkhu Sangha. Umat Buddha yang ingin di visudhi upasaka atau upasika ini berikrar untuk melaksanakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila Budd

Mencapai Sukses Dalam Agama Buddha

Gambar
Jalan Kesuksesan Sukses adalah dambaan semua orang. Semua orang sangat menginginkan sukses dalam profesinya. Termasuk juga seorang pelajar. Menjadi pelajar yang sukses adalah impian semua orang. Mencapai Sukses Anak Desa yang Pintar Sari seorang anak desa. Dia tinggal di sebuah desa terpencil yang jauh dari kota. Di desa Sari belum ada sekolah. Oleh karena itu, Sari bersekolah di desa tetangga. Jarak tempat tinggal Sari dengan sekolahnya sejauh dua kilometer. Setiap hari Sari dan anakanak lain berjalan kaki menuju sekolah. Suatu hari Pak Budi mengumumkan akan diadakan lomba Cerdas Tangkas antar SD, Guru-guru akan memilih murid untuk mengikuti Cerdas Tangkas. Murid yang terpilih harus mempersiapkan diri. Mereka harus lebih banyak belajar dan berlatih mengerjakan soal. “Percuma kita mengikuti Cerdas Tangkas itu. Kita pasti tak akan bisa menang.” Kata Jono saat jam istirahat. “Kenapa kau bilang begitu, Jon?” tanya Arwin. “Ya jelas kita tidak akan sanggup. Mereka pintarpintar. Melihat mere

Berguru pada Alara Kalama

Gambar
Setelah bertemu dengan Raja Bimbisàra, Petapa Siddharta melanjutkan perjalanan untuk mencari kebahagiaan tertinggi (Nibbàna). Dalam perjalanan tersebut, Beliau tiba di tempat kediaman seorang guru agama bernama Alara dari suku Kàlàma . Sesampainya di tempat kediaman Alara Kalama, Petapa Siddharta mengajukan permohonan, “O Sahabat, engkau yang berasal dari suku Kàlàma, Aku ingin menjalani kehidupan suci sesuai caramu.” Alara mengabulkan permohonan itu dengan mengucapkan kata-kata dukungan yang tulus, “O Sahabat mulia, mari bergabung bersama kami! Dengan cara yang kami jalani, seseorang yang tekun akan dapat memahami pandangan gurunya dalam waktu singkat dan dapat mempertahankan kebahagiaan.” Dengan kecerdasan-Nya, Petapa Siddharta dapat dengan mudah mempelajari dan mempraktikkan ajaran Alara. Hanya dengan mengulangi kata-kata guru-Nya dengan sedikit gerakan bibir, Petapa Siddharta mencapai tahap di mana Beliau dapat mengatakan, “Aku telah mengerti!” Ia membuat pernyataan, “Aku telah men

Kelahiran Putra Pangeran Siddharta

Gambar
Pada waktu itu, Raja Suddhodana menerima berita bahwa permaisuri Pangeran Siddharta, Yasodhara, telah melahirkan seorang putra. Jadi, Raja mengutus dayang-dayang untuk menyampaikan pesan kepada Pangeran dengan penuh kegembiraan,"Pergilah, sampaikan berita gembira ini kepada putra." Saat itu, Pangeran Siddharta sedang termenung setelah melihat empat peristiwa.  Dari keempat peristiwa yang dilihat, hanya petapa suci yang selalu dipikirkan. Bahkan, dalam hatinya, Pangeran bergembira dengan mengatakan,"Aku juga harus bisa menjadi petapa seperti itu." Dalam kegembiraan-Nya, datanglah para dayang utusan Raja Suddhodana. Mereka memberitahukan bahwa Putri Yasodhara telah melahirkan seorang bagi laki-laki yang sehat. Mendengar berita itu, Pangeran Siddharta pun bergembira. Akan tetapi, ketika mengingat semua yang lahir pasti akan mengalami tua, sakit, dan mati. Pangeran pun merenung dan berkata: Rahulajato, bandhanang jatang," yang artinya "Satu jerat telah lahir,

Sifat Ketuhanan dalam Diri Buddha

Gambar
Berdasarkan aliran Theravada, pernyataan dari Sang Buddha yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan konsep ketuhanan dalam agama Buddha terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII:3, sebagai berikut: "Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu." (Sutta Pitaka, Udana VIII: 3). Perdebatan seputar keberadaan dan pengertian Tuhan telah berlangsung dalam kurun waktu yang lama sekali bahkan perdebatan ini betul-betul telah menyita energi manusia. Sepanjang sejarah kebe

Mewujudkan Keyakinan kepada Tuhan

Gambar
Berdasarkan aliran Theravada, pernyataan dari Sang Buddha yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan konsep ketuhanan dalam agama Buddha terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII:3, sebagai berikut: "Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu." (Sutta Pitaka, Udana VIII: 3). Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhut